KULINER — Yogyakarta mempunyai banyak makanan khas yang jarang ditemukan di daerah lain. Salah satunya adalah Adrem atau Thol Pit. Makanan dengan bentuk yang seronok ini terbuat dari tepung beras, gula jawa, dan kelapa, jajanan ini berbentuk menyerupai kuncup bunga sebelum mekar, menawarkan rasa manis berpadu gurih yang khas.
Dahulu, adrem sering ditemukan saat musim panen. Para penjualnya berkeliling sawah untuk menawarkan kue ini dengan cara barter hasil panen. Simbolismenya pun mendalam—menghormati Dewi Sri, dewi kesuburan, sekaligus melambangkan pengampunan dan harapan hidup yang tenteram, baik di dunia maupun setelahnya.
Di Padukuhan Piring II, Desa Murtigading, Kecamatan Sanden, beberapa pembuat adrem terus melestarikan tradisi ini, salah satunya adalah Adrem Mbak Dewi. Usaha ini dimulai oleh Adha Dewi Prihantini setelah mengikuti pelatihan UMKM yang diadakan pemerintah desa pada tahun 2015. Hingga kini, meskipun jumlah pembuat adrem berkurang, usaha Dewi tetap bertahan bahkan berkembang.
Adrem dibuat dari campuran tepung beras, parutan kelapa, gula jawa, dan bahan lainnya. Adonan digoreng hingga berbentuk unik yang membedakannya dari kue cucur. Rasa manis khas gula jawa menjadi daya tariknya, ditambah bentuk yang memikat perhatian banyak orang. Adrem telah menjadi pilihan oleh-oleh khas Bantul, cocok untuk hajatan atau sekadar camilan.Kue ini dapat bertahan hingga seminggu dalam kemasan mika. Menariknya, adrem juga dapat dikukus untuk dinikmati hangat.
Dewi bersama 6 karyawannya memproduksi adrem setiap hari dari pukul 07.00 hingga 16.00 WIB. Adrem dijual dengan harga per kemasan mulai Rp7.000 untuk 6 buah. Dengan produksi harian sekitar 20–30 kilogram, omzet usaha ini Dewi dapat mencapai Rp2 juta per hari.
Untuk memperluas pasar, Dewi menciptakan inovasi rasa seperti stroberi, durian, dan melon. Selain itu, ia menerima pesanan minimal 10 kemasan mika untuk pengiriman.
“Semoga adrem ini terus diminati, dapat lebih meluas lagi, dan membantu memberdayakan ibu-ibu di sekitar,” harap Dewi.